Rabu, 27 Januari 2016

Sungai Jodoh

Sungai Jodoh

Pada suatu masa di pedalaman pulau Batam, ada sebuah desa yang didiami seorang gadis yatim piatu bernama Mah Bongsu. Ia menjadi pembantu rumah tangga dari seorang majikan bernama Mak Piah. Mak Piah mempunyai seorang putri bernama Siti Mayang. Pada suatu hari, Mah Bongsu mencuci pakaian majikannya di sebuah sungai. “Ular…!” teriak Mah Bongsu ketakutan ketika melihat seekor ulat mendekat. Ternyata ular itu tidak ganas, ia berenang ke sana ke mari sambil menunjukkan luka di punggungnya. Mah Bongsu memberanikan diri mengambil ular yang kesakitan itu dan membawanya pulang ke rumah.
Mah Bongsu merawat ular tersebut hingga sembuh. Tubuh ular tersebut menjadi sehat dan bertambah besar. Kulit luarnya mengelupas sedikit demi sedikit. Mah Bongsu memungut kulit ular yang terkelupas itu, kemudian dibakarnya. Ajaib… setiap Mah Bongsu membakar kulit ular, timbul asap besar. Jika asap mengarah ke Negeri Singapura, maka tiba-tiba terdapat tumpukan emas berlian dan uang. Jika asapnya mengarah ke negeri Jepang, mengalirlah berbagai alat elektronik buatan Jepang. Dan bila asapnya mengarah ke kota Bandar Lampung, datang berkodi-kodi kain tapis Lampung. Dalam tempo dua, tiga bulan, Mah Bongsu menjadi kaya raya jauh melebih Mak Piah Majikannya.
Kekayaan Mah Bongsu membuat orang bertanya-tanya.. “Pasti Mah Bongsu memelihara tuyul,” kata Mak Piah. Pak Buntal pun menggarisbawahi pernyataan istrinya itu. “Bukan memelihara tuyul! Tetapi ia telah mencuri hartaku! Banyak orang menjadi penasaran dan berusaha menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu. Untuk menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu ternyata tidak mudah. Beberapa hari orang dusun yang penasaran telah menyelidiki berhari-hari namun tidak dapat menemukan rahasianya.
“Yang penting sekarang ini, kita tidak dirugikan,” kata Mak Ungkai kepada tetangganya. Bahkan Mak Ungkai dan para tetangganya mengucapkan terima kasih kepada Mah Bongsu, sebab Mah Bongsu selalu memberi bantuan mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain mereka, Mah Bongsu juga membantu para anak yatim piatu, orang yang sakit dan orang lain yang memang membutuhkan bantuan. “Mah Bongsu seorang yang dermawati,” sebut mereka.
Karena merasa tersaingi, Mak Piah dan Siti Mayang, anak gadisnya merasa tersaingi. Hampir setiap malam mereka mengintip ke rumah Mah Bongsu. “Wah, ada ular sebesar betis?” gumam Mak Piah. “Dari kulitnya yang terkelupas dan dibakar bisa mendatangkan harta karun?” gumamnya lagi. “Hmm, kalau begitu aku juga akan mencari ular sebesar itu,” ujar Mak Piah.
Mak Piah pun berjalan ke hutan mencari seekor ular. Tak lama, ia pun mendapatkan seekor ular berbisa. “Dari ular berbisa ini pasti akan mendatangkan harta karun lebih banyak daripada yang didapat oleh Mah Bongsu,” pikir Mak Piah. Ular itu lalu di bawa pulang. Malam harinya ular berbisa itu ditidurkan bersama Siti Mayang. “Saya takut! Ular melilit dan menggigitku!” teriak Siti Mayang ketakutan. “Anakku, jangan takut. Bertahanlah, ular itu akan mendatangkan harta karun,” ucap Mak Piah.
Sementara itu, luka ular milik Mah Bongsu sudah sembuh. Mah Bongsu semakin menyayangi ularnya. Saat Mah Bongsu menghidangkan makanan dan minuman untuk ularnya, ia tiba-tiba terkejut. “Jangan terkejut. Malam ini antarkan aku ke sungai, tempat pertemuan kita dulu,” kata ular yang ternyata pandai berbicara seperti manusia. Mah Bongsu mengantar ular itu ke sungai. Sesampainya di sungai, ular mengutarakan isi hatinya. “Mah Bongsu, Aku ingin membalas budi yang setimpal dengan yang telah kau berikan padaku,” ungkap ular itu. “Aku ingin melamarmu dan menjadi istriku,” lanjutnya. Mah Bongsu semakin terkejut, ia tidak bisa menjawab sepatah katapun. Bahkan ia menjadi bingung.
Ular segera menanggalkan kulitnya dan seketika itu juga berubah wujud menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa. Kulit ular sakti itu pun berubah wujud menjadi sebuah gedung yang megah yang terletak di halaman depan pondok Mah bongsu. Selanjutnya tempat itu diberi nam desa “Tiban” asal dari kata ketiban, yang artinya kejatuhan keberuntungan atau mendapat kebahagiaan.
Akhirnya, Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan pemuda tampan tersbut. Pesta pun dilangsungkan tiga hari tiga malam. Berbagai macam hiburan ditampilkan. Tamu yang datang tiada henti-hentinya memberikan ucapan selamat.
Dibalik kebahagian Mah Bongsu, keadaan keluarga Mak Piah yang tamak dan loba sedang dirundung duka, karena Siti Mayang, anak gadisnya meninggal dipatok ular berbisa.
Konon, sungai pertemuan Mah Bongsu dengan ular sakti yang berubah wujud menjadi pemuda tampan itu dipercaya sebagai tempat jodoh. Sehingga sungai itu disebut “Sungai Jodoh”.
Moral : Sikap tamak, serakah akan mengakibatkan kerugian pada diri sendiri. Sedang sikap menerima apa adanya, mau menghargai orang lain dan rela berkorban demi sesama yang membutuhkan, akan berbuah kebahagiaan.


Tempat Wisata di Jawabarat

Tempat Wisata Di Jawa Barat Dengan Pemandangan Paling Indah

1. Gunung Galunggung

Gunung Galunggung terletak di daerah Tasikmalaya, obyek wisata ini menyajikan pemandangan indah yang bisa memanjakan mata, udaranya yang segar serta dipenuhi dengan pohon yang hijau membuat kamu bisa betah berlama-lama di kawasan wisata tersebut. Di Gunung Galunggung juga terdapat sebuah kawah yang sangat eksotis, untuk menuju ke kawah tersbut Kamu harus mendaki 620 anak tangga yang bisa membuat Kamu lelah, Namun kamu bisa istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan alam sambil berfoto-foto. Tidak sampai disitu saja, Kamu juga akan menemukan sebuah kawah dan air terjun yang sangat mengagumkan. Tidak heran jika wisata Galunggung merupakan obyek wisata yang wajib Anda kunjungi di jawa barat.

2. Tangkuban Perahu

Tangkuban perahu merupakan sebuah gunung yang sudah menjadi legenda di Jawa barat. Jika Kamu datang ke Tangkuban Perahu maka Kamu akan disuguhkan dengan keindahan 10 kawah yang letaknya sangat dekat. beberapa kawah yang ada di tangkuban perahu yang paling banyak dikunjungi diantaranya dinamakan Kawah Domas, Kawah ratu, dan Kawah Upas. Untuk sampai ke kawah tersebut butuh perjuangan yang membutuhkan tenaga, karena Kamu akan menanjaki gunung dengan jalan setapak. namun jika Kamu tidak ingin kecapean menanjaki gunung, disana sudah siap jasa sewa kuda untuk megantarkan kamu ke kawah-kawah tersebut.
3. Kawah Putih

Kawah putih merupakan tempat wisata paling favorit di Jawa Barat, bahkan kawah tersebut sering digunakan untuk syuting film contohnya seperti Film "My Heart", Bila Kamu datang ke tempat wisata ini Kamu akan mencium bau belerang yang cukup menyengat, namun hal itu akan terhapus dengan hamparan kawah putih yang dikelilingi oleh pasir putih yang begitu eksotis.
4. Green Canyon Jawa barat

Green canyon juga merupakan tempat wisata favorit di jawa barat khususnya pangandaran. dengan pemandangan yang indah dikelilingi tebing yang tinggi juga pohon rindang di tiap sisi sungai yang jernih akan membuat Kamu tidak bosan berada ditempat wisata yang satu ini. Untuk menikmati pemandangan Green Canyon kamu harus menaiki sebuah perahu, Green canyon adalah obyek wisata yang wajib kamu kunjungi jika berada di pangandaran, namun perlu diketahui, ada baiknya sebelum datang ke tempat ini sebaiknya kamu membooking sebelumnya, pengalaman kami pernah tidak mendapatkan perahu untuk menikmati keindahan Green canyon, hal ini karena pengunjung lokal maupun internasional terus membanjiri wisata ini. Dan sebaiknya saat datang ke wisata ini jangan saat musim hujan, karena airyna tidak akan terlihat jernih jika di musim hujan

5. Curug Cikaso

Dari banyaknya curug yang ada di Jawa barat, menurut kami Curug Cikaso merupakan curug yang paling indah. Hal ini karena curug Cikaso memiliki tiga aliran sungai yang menjadi satu mengalir ke sebuah kolam air. Dengan warna air biru kebiru-biruan yang begitu jernih membuat Kamu betah nongkrongin wisata ini.

6. Pantai Ujung Genteng

Ujung genteng merupakan salah satu pantai yang paling indah di Jawa barat, Pantai ini cukup menarik dan mempesona karena dikelilingi oleh pasir putih, Namun kamu perlu ekstra kesabaran untuk menuju kesana, pasalnya jalan menuju ke Ujung Genteng cukup rumit karena harus melalui jalan yang tidak mulus dan juga menaiki dan turun bukit. Jika Kamu senang dengan pemandangan pantai maka Objek wisata yang ada di Sukabumi jawa Barat ini wajib kamu kunjungi

7. Panorama Cikebo
Obyek wisata Cikebo merupakan wisata yang indah di jawa barat, Obyek wisata ini menyuguhkan hamparan pemandangan yang asri, iwsata ini sangat cocok untuk tempat berisitirahat dan menghilangkan stress. Panorama cikebo sendiri berada di daerah Desa maja atau 14 Km lagi dari pusat Kota Majalengka.

Itulah daftar objek
 wisata di Jawa barat dengan pemandangan palin Indah versi tongkrongin.com, semoga informasi ini bermanfaat Buat kamu yang ingin berlibur ke Jawa barat

Biografi Dalang : Ki Manteb Sudarsono (H. Manteb Soedharsono)

Biografi Dalang : Ki Manteb Sudarsono (H. Manteb Soedharsono)
Ki Manteb Soedharsono lahir pada hari Selasa Legi, 31 Agustus 1948 di Dukuh Jatimalang, Kelurahan Palur, Kecamantan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah. Ki Manteb dibesarkan di tengah keluarga dalang. Kakeknya (Dalang Tus) adalah seorang dalang kondang, dan ayahnya, Ki Hardjo Brahim Hardjowijoyo juga seorang dalang yang pada masa kejayaannya cukup disegani, sedangkan ibunya adalah pesinden dan pengrawit yang berpengalaman.

Sejak kecil Ki Manteb Soedharsono sangat rajin dan tekun mengikuti pementasan orang tuanya. Pengalaman masa kecilnya yang begitu akrab dengan seluk-beluk dunia pewayangan telah membentuk pribadi Ki Manteb kaya akan memori dunia pertunjukan wayang kulit. Kedisiplinan sang ayah dalam mendidiknya, menjadikan kemampuan dan keterampilan Ki Manteb kecil terus berkembang. Pada saat berusia 5 tahun, ia sudah dapat memainkan wayang dan manabuh beberapa instrumen gamelan seperti demung, bonang dan kendang. Menatah wayangpun diajarkan oleh Ki Hardjo Brahim kepadanya. Tak heran, saat usianya menginjak 10 tahun, Ki Manteb sudah mampu menatah wayang kulit dengan bagus.

Sementara sang ibu yang juga seorang seniman, penabuh gamelan, lebih suka jika putranya itu memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi dalang. Oleh karena itu, ia pun memasukan Ki Manteb ke STM Manahan, Sala. Namun nasib berkata lain, karena bakat dan kemampuannya telah terasah sejak kecil, Ki Manteb laris sebagai dalang. Kesibukannya mendalang membuat pendidikannya terbengkalai. Hal ini membuat Ki Manteb harus memilih antara pendidikan di sekolahnya atau meniti karier sebagai dalang. Akhirnya, ia memutuskan untuk berhenti sekolah demi mendalami karier mendalang.

Ki Manteb saat pentas di Paris, Perancis

Tuntutan dan tantangan dari ayahnya untuk meneruskan garis dinasti dalang kondang memacu Ki Manteb muda berjuang keras dan berlatih, dibarengi dengan proses tirakat laku bathin yang dilakoninya dengan sungguh-sungguh. Pada usianya yang relatif muda (14 tahun), Ki Manteb telah mampu menguasai seluruh instrumen musik gamelan. Ia pun pernah dikenal sebagai tukang kendang cilik yang mumpuni dan sering mengiringi pertunjukan wayang yang digelar oleh dalang sepuh, Ki Warsino dari Baturetno, Wonogiri. Kesempatan itu pun ia manfaatkan untuk menimba ilmu pedalangan dari Ki Warsino.

Agar lebih dapat meningkatkan keahliannya, Ki Manteb banyak belajar kepada para dalang senior. Misalnya, ia belajar dari dalang legendaris Ki Narto Sabdo yang mahir dalam seni dramatisasi pada tahun 1972, dan dari Ki Sudarman Gondodarsono yang ahli sabet (seni menggerakkan wayang) pada tahun 1974. Pada tahun 1982, berkat gemblengan dari dua dalang senior itu dan sang ayah, Ki Manteb berhasil menjuarai Pakeliran Padat se-Surakarta.

Ketika Ki Narto Sabdo meninggal dunia tahun 1985, seorang penggemar beratnya bernama Soedharko Prawiroyudo merasa sangat kehilangan. Ia kemudian bertemu murid Ki Narto, Ki Manteb, yang dianggap memiliki beberapa kemiripan dengan gurunya itu. Ki Manteb pun diundang untuk mendalang dalam acara khitanan putra Soedharko.

Sejak itu, hubungan keduanya semakin akrab. Soedharko kemudian bertindak sebagai promotor pergelaran rutin Banjaran Bima di Jakarta yang dipentaskan oleh Ki Manteb. Pergelaran tersebut diselenggarakan setiap bulan sebanyak 12 episode sejak kelahiran sampai kematian Bima, tokoh Pandawa. Pergelaran itulah yang kemudian membuat nama Ki Manteb sebagai seniman tingkat nasional mulai diperhitungkan publik.

Ketika Ki Manteb menyerahkan wayang Bima kepada Presiden SBY

Ki Manteb mengaku hobi menonton film kung fu yang dibintangi Bruce Lee dan Jackie Chan. Aksi laga para jagoan kesayangannya itu kemudian diterapkan ketika mendalang sebuah lakon. “Saya mengembangkan teknik sabetan itu dari film-film Bruce Lee dan Jacky Chan. Gerakan kungfu itulah yang memberi saya inspirasi dalam sabetan,” kata ayah enam anak ini.
ghhf

Untuk mendukung dramatisasi sabet yang dimainkannya, Ki Manteb pun membawa peralatan musik modern ke atas pentas, misalnya tambur, biola, terompet, ataupun simbal. Pada awalnya hal ini banyak mengundang kritik dari para dalang senior karena dianggap melenceng dari pakem-pakem yang sudah ada. Namun tidak sedikit pula yang mendukung inovasi Ki Manteb. 

Untuk mendukung dramatisasi sabet yang dimainkannya, Ki Manteb pun membawa peralatan musik modern ke atas pentas, misalnya tambur, biola, terompet, ataupun simbal. Pada awalnya hal ini banyak mengundang kritik dari para dalang senior karena dianggap melenceng dari pakem-pakem yang sudah ada. Namun tidak sedikit pula yang mendukung inovasi Ki Manteb. Karena keterampilannya dalam mendalang, Ki Manteb diberi julukan dalang setan oleh para penggemarnya.

Julukan dalang setan itu diberikan pertama kali pada tahun 1987 oleh mantan menteri penerangan Boedihardjo, seusai menyaksikan Ki Manteb mendalang. Julukan itu bukan karena sang dalang jahat, tetapi justru sebagai bentuk kekaguman Boedihardjo terhadap sabetan (cara menggerakkan wayang kulit) yang dimiliki Ki Manteb. Ki Manteb bisa memainkan beberapa wayang sekaligus, dengan gerakan secara cepat dan berputar-putar dalam lakon peperangan yang luar biasa mencengangkan. Bagi penikmat wayang, gerakan-gerakan tersebut dianggap luar biasa dan tidak bisa dilakukan oleh sembarang dalang.

Misalnya dalam ramainya perang, tiba-tiba tokoh yang tadinya terdesak, tiba-tiba memegang senjata dan ganti memukul lawannya. Menurut Ki Manteb, semua itu bukan sulap bukan sihir, namun berkat ketekunan melatih kecepatan gerak tangan dan kemampuan mengalihkan perhatian penonton. Untuk mendukung kemampuan sabetnya, Ki Manteb sangat kreatif dan sangat teliti mendesain wayangnya. Mulai dari ketebalan kulitnya, pola hiasannya, gapitan sampai wandanya.

Meskipun menekankan pada aspek keindahan visual namun pakeliran gaya Ki Manteb pada akhirnya tidak saja tampil sebagai tontonan yang menghibur tetapi juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk melakukan dialog reflektif dengan kenyataan hidup yang dihadapi bersama, sarat dengan pesan-pesan moral baik berupa kritik-kritik terhadap pemerintah dan masyarakat, maupun harapan-harapan yang mendorong semangat optimistik bagi masyarakat penontonnya. Dalam setiap pertunjukannya, Ki Manteb selalu mencoba memaknai dan menafsir ulang lakon yang disajikan. Tak jarang juga, Ki Manteb mengadopsi pola penyusunan alur dramaturgi film dalam lakon-lakon wayangnya, seperti mempergunakan alur flashback. Penyusunan plot cerita yang kontekstual dengan isu-isu atau kondisi yang sedang berkembang di masyarakat menjadikan pertunjukannya selalu up to date.


Kreativitas dan inovasi-inovasi yang intens dilakukan Ki Manteb mampu membawa pertunjukan wayangnya menjadi pertunjukan akbar yang ditonton oleh ribuan orang. Popularitas yang luar biasa itulah yang mengilhami sebuah produk obat “Oskadon” menjadikan Ki Manteb sebagai brand image untuk mendongkrak omzet penjualan dengan jargon “Oskadon Pancen Oye”. Hasilnya pun sangat fantastis, omzet pemasaran naik hingga lebih dari 400%. Kerjasama yang telah berlangsung dari tahun 1990 hingga sekarang membuat produk tersebut sangat lekat dengan image Ki Manteb. Julukan “Dalang Oye” pun diberikan masyarakat kepadanya.

Popularitas itu terus bertahan. Penontonnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia, tidak hanya di pulau Jawa namun juga di luar Jawa. Sudah ribuan pementasan dia gelar dengan berbagai maksud dan kepentingan, seperti untuk acara ruwatan, pesta hajatan, kampanye politik ataupun gelaran pentas untuk menyosialisasikan beragam program pemerintah seperti Keluarga Berencana (KB), Anti HIV AIDS dan Narkoba, sosialisasi pemilu dan lain-lain. Ki Manteb juga tak jarang menggelar pertunjukkan di sejumlah daerah tanpa bayaran. Dari sekian banyak lakon yang pernah ia mainkan, beberapa lakon menjadi sangat fenomenal, seperti “Banjaran Bima”,“Ciptoning”, “Wiratha Parwa”, “Dewa Ruci”, dan lain-lain. Sebuah lakon special “Celeng Degleng” merupakan lakon carangan Ki Manteb sendiri ketika menginterpretasi lukisan-lukisan karya Djoko Pekik “Berburu Celeng” yang menggambarkan tumbangnya rezim Soeharto.

Beberapa pertunjukan wayang kulit di luar negeri pun pernah Ki Manteb lakukan seperti di Amerika Serikat, Spanyol, Jerman, Jepang, Suriname, Belanda, Perancis, Belgia, Hongaria dan Austria. Ketika kesenian wayang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible of Heritage of Humanity, Ki Manteb terpilih mewakili komunitas dalang indonesia untuk menerima penghargaan tersebut.

Beberapa penghargaan sudah diterima oleh Ki Manteb. Pada Tahun 1995, ia mendapat penghargaan dari Presiden Soeharto berupa Satya Lencana Kebudayaan. Kemudian pada tahun 2004, Ki Manteb memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) karena kegemilangannya mendalang selama 24 jam 28 menit tanpa istirahat pada acara Ultah RRI Semarang.

Pada 19 Mei 2010, Ki Manteb menerima penghargaan budaya dari Nikkei Asia Prize, sebuah penghargaan dari penerbitan koran terbesar di Tokyo, Nihon Keiza Shimbun (Nikkei). Nikkei melihat dedikasi Ki Manteb yang sangat besar dalam melestarikan dan menekuni wayang kulit. Ki Manteb juga mampu menyebarkan dan menyajikan pertunjukan wayang yang memukau masyarakat tidak hanya di Indonesia namun juga di berbagai belahan dunia.

Ki Manteb menerima piagam penghargaan Nikkei Asia Prize

Selain gaya pedalangan yang atraktif, Ki Manteb juga dikenal sebagai pelopor dalam hal manajemen keuangan. Honor hasil pentas tidak dihabiskan langsung, melainkan dikelola oleh manajernya. Ki Manteb memiliki banyak kru dalam setiap pementasannya. Ia juga membutuhkan biaya perawatan untuk armada dan peralatan mendalangnya. Manajemen yang baik amat diperukan agar tidak bernasib sama seperti dalang lainnya yang semasa muda hidup berlimpah karena laris, namun setelah tua menderita kekurangan.

Rabu, 20 Januari 2016

Tempat wisata

Tempat Wisata

Ada berbagai lokasi tempat wisata di Kabupaten Garut yang memiliki potensi yang cukup tinggi. Disini kami akan menampilkan 12 Tempat Wisata yang ada di Kabupaten Garut.

1. Pantai Santolo

Pantai Santolo adalah pantai yang terdapat atau berlokasi di Kecamatan Sikelet Kabupaten Garut. Tempat Wisata Pantai Santolo ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang kebanyakan berasal dari Bandung. Mereka ingin menyaksikan pemandangan alam yang sangat indah beserta melepaskan lelah setelah sibuk bekerja.

2. Situ Bagendit

Situ Bagendit merupakan sebuah situ atau danau yang terletak di Kecamatan Banyuresmi. Di tempat wisata ini terdapat sebuah legenda tentang asal mula Danau Situ Bagendit. Legenda itu juga yang menjadi salah satu hal yang menarik perhatian pengunjung. Situ Bagendit memiliki pemandangan yang undah yaitu air danau yang jernih serta terdapat rakit, perahu dan sepeda air yang disewakan untuk keperluan pengunjung.

3. Pantai Rancabuaya

Tempat wisata di Garut lainnya yang sudah terkenal adalah Pantai Rancabuaya. Pantai Rancabuaya merupakan termasuk dalam deretan pantai yang berhubungan dengan Samudera Indonesia, sehingga memiliki ombah yang cukup besar. Pemandangan di Pantai Rancabuaya inu juga bagus dan tak kalah dengan pantai lainnya di Indonesia. Hembusan angin dan deburan ombak menjadi pelegkap tempat wisata ini. Di lokasi wisata Pantai Rancabuaya, pengunjung dapat bermain di baebatauan karang dan di pasir pantai yang indah.

4. Curug Orok

Selain Pantai, di Garut juga terdapat tempat wisata berupa curug atau air terjun. Curug Orog adalah tempat wisata di garut yang berlokasi di Desa Cikandang. Ketinggian air terjun di Curug Orog ini mencapai 45 meter. Saat liburan tiba banyak sekali wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata yang indah di Garut ini.

5. Gunung Papandayan

Nama Gunung Papandayan sepertinya sudah sangat familiar di telinga warga masyarakat Jawa barat. Gunung Papandayan terdapat di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut dan merupakan salah satu gunung aktif di Jawa barat. Potensi wisata yang ada di Gunung Papandayan adalah berupa pemandanganya yang indah dan masih asri serta terdapat kawah dan sumber air panasnya. Bagi anda yang suka mendaki gunung, Gunung Papandayan juga sering didatangi oleh para pendaki untuk menikmati indahnya pemandangan gunung dan matahari terbit atau sunrise.

6. Pantai Cijeruk Indah

Karena lokasinya yang berdekatan dengan laut, maka terdapat beberapa pantai yang terdapat di Kabupaten Garut. Pantai-pantai ini memiliki pemandangan yang sangat indah sehingga sering dikunjungi oleh para wisatawan. Pantai Cijeruk Indah merupakan sebuah pantai di Kabupaten Garut yang terdapat di Desa Sagara. Pantai Cijeruk Indah memiliki daya tarik pantai yang masih bersih, asri dan belum banyak dikunjungi wisatawan. 

7. Air Panas Cipanas

Di lokasi tempat wisata Cipanas terdapat pemandian air panas yang sudah cukup dikenal masyarakat. Lokasi pemandian air panas Cipanas terdapat di 6 km dari Kota Garut. Di sepanjang jalan menuju tempat wisata Cipanas ini anda akan disajikan dengan pemandangan alami pedesaan yang masih asri. Pemandian air panas cipanas banyak digunakan warga untuk  mandi, selain menyegarkan, air panas didalamnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

8. Pantai Karang Paranje

Tempat wisata pantai di Garut lain yang banyak dikunjungi masyarakat adalah Pantai Karang Paranje. Di pantai ini terdapat gugusan karang yang enambah keelokan wisata di pantai tersebut. Pantai ini masih terlihat asri dan belum banyak dikembangkan oleh pihak terkait. Hal ini menjadikan wantai ini tempat yang masih asri dan alami.

9. Pantai Puncak Guha

Rasanya tak ada bosannya unntuk mengunjungi tempat wisata pantai. Hal ini membut Kabupaten Garut selalu dikunjungi oleh wisatawan yang ingin melihat keindahan alam di pantai. Salah satu wisata pantai Garut yang indah adalah Pantai Puncak Guha. Pantai Puncak Guha di Garut memiliki keunikan tersendiri dibanding pantai lainnya. Keunikan tersebut adalah pemandangan pantai yang dilihat dari atas sebuah bukit. Tapi harus hati-hati ya kalau mengunjungi tempat ini. Pastikan keluarga anda terutama anak kecil berada disamping anda.

10. Candi Cangkuang

Candi Cangkuang di Garut adalah salah satu candi peninggalan Agama Hindu yang terdapat di Kecamatan Leles, Garut jawa barat. Menurut sejarah candi ini dibangun pada saat pemerintahan Kerajaan Sunda Galuh. Lokasi tempat wisata ini sangat cocok untuk berwisata bersama keluarga dan mengenal sejarah yang ada di Kabupaten Garut Jawa Barat.

11. Makam Godog

Kenapa Makam Godog di Garut Jawa Barat ini menjadi istimewa ? Tak lain karena makam Godog dipercaya sebagai makam Prabu Kian Santang atau juga dikenal dengan Syekh Sunan Rohmat putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Lokasi makam Godog terdapat di lereng Gunung Karacak atau alamat lengkapnya di Desa Lebak agung Kecamatan karangpawitan Kabupaten Garut. Makam ini seolah dkeramatkan oleh warga sekitar sehingga banyak dikunjungi oleh para peziarah.

12. Arung jeram arus Cikandang dan Cimanuk

Selain wisata pantai ternyata di Kabupaten Garut terdapat tempat wisata yang dikhususkan untuk memacu adrenalin kita. Tempat wisata ini berupa arung jeram yang terdapat di sepanjang Sungai Cikandang dan Cimanuk. 

Sasakala Situ Bagendit

Sasakala Situ Bagendit

Di wewengkon Garut aya situ anu ngaranna kawentar ka mana-mana, nyaéta Situ Bagendit. Cék sasakala mah, éta Situ Bagendit téh asal-muasalna kieu:

Baheula, aya hiji randa beunghar katelahna Nyi Endit. Ieu téh saenyana mah nénéhna, da ngaranna sajati mah Nyi Bagendit. Manéhna téh kacida pisan kumedna.

Geus taya nu bireuk deui kana kakumedanana téh. Salian ti pakacar-pakacarna mah, tara aya nu larsup ka imahna. Éstuning lain babasan éta mah hirup nyorangan téh. Ngahaja mencilkeun manéh, ngababakan di tengah pasawahan anu upluk-aplak. Maksudna taya lian, ku bawaning embung campur jeung batur, da sieun kasoro téa.

Kacaturkeun keur usum panén, di ditu di dieu ceuyah dibaruat. Ka sawah Nyi Endit ogé réa nu gacong. Ari réngsé dibuat jeung sanggeus paréna dikaleuitkeun, sakumaha tali paranti, Nyi Endit nyieun sidekah. Ngondang lebé jeung sawatara tatangga. Popolahna saniskara ku sorangan, teu aya nu ngabantuan. Barang geus tarapti, sakur nu mantuan ngakut tuluy diondang ngariung tumpeng. Atuh anu ngariung téh nepi ka ratusna. Tapi sadia tumpengna teu sabaraha, nepi ka ngan sakotéap gé geus bérés, bari tingkarétap kénéh.

Keur meujeuhna balakécrakan, solongkrong aya aki-aki bongkok nu nyampeurkeun. Ku pribumi teu ditari teu ditakon. Nya pok aki-aki téh waléh yén teu kawawa lapar, sugan aya sih piwelas. Ana gantawang téh Nyi Endit bet nyarékan, nyék-sék-nyéksékkeun, pajarkeun téh taya kaéra, teu ngahutang gawé, ménta bagian. Tungtungna nepi ka nundung, aki-aki dititah nyingkah. Cindekna mah geus lain picaritaeun wé.

Aki-aki indit bari jumarigjeug, bangun teu nangan. Méméh indit manéhna ngomong kieu, “Sagala gé boh ka nu hadé boh ka nu goréng, moal taya wawalesna.”

Ngomong kitu téh kasaksian ku sakur nu aya di dinya. Saréngséna nu dalahar tuluy amit rék baralik. Kakara gé patinglaléos, rug-reg ngarandeg, sabab aya nu tinggarero, “Caah! Caah!” cenah.

Henteu kanyahoan deui ti mana datangna cai, ngan leb wé pakarangan Nyi Endit téh geus kakeueum. Atuh kacida ributna, jalma-jalma geus teu inget ka diri batur, asal salamet dirina baé. Nyi Endit ogé nya kitu, niat rék nyingkiran cai, tapi barang kaluar pisan ti imahna, cai téh nepi ka lir ombak laut tinggaruling ka palebah Nyi Endit. Imahna terus kakeueum méh laput.

Nyi Endit angkleung-angkleungan, bari satungtung bisa mah teu weléh-weléh sasambat ménta tulung Tapi taya nu nulungan, da batur gé sarua ripuhna. Nyi Endit ngalelep. Beuki lila, cai téh beuki gedé baé. Nepi ka jadi situna, ngeueum sakabéh pakaya Nyi Bagendit.

Rabu, 13 Januari 2016

Biografi Dalang Asep Sunandar Sunarya



Biografi Dalang Asep Sunandar Sunarya





Image result for asep sunandar sunarya

Asep Sunandar Sunaryalahir 3 September 1955 di Kampung JelekongKacamatan Baleendah, 25 km arahkidul Kota Bandung (ngantunkeun di Jelekong, 31 Maret 2014)Asep Sunandar nu di kulawargana katelah oge Sukana.

Abah Asep anak katujuh ti tilu welas putra Abah Sunarya; anu kasohor dalang legendaris di wewengkon Pasundan. Salain Asep Sunandar Sunarya, putra Abah Sunarya sanesna anu profesina janten dalang nyaetaAde Kosasih Sunarya, Iden Subasrana Sunarya, Ugan Sunagar Sunarya, Agus Muharam, sareng Imik Sunarya.
Asep Sunandar Sunarya dalang wayang golek kahot anu katelah ku bodoran si Cepot. Ku karyana eta,anjeunna pantes disebat seniman seni pertunjukan nu ngadobrak jagat wayang golek di Indonesia. Salain si Cepot, wayang buta oge didamel karakter-karakterna sakitu rupa. Ku kituna rupa-rupa wayang buta bisa ngalakukeun hal-hal anu unik, misalna sirahna beulah atawa buta nu bisa ngakod wayang budak.
Asep Sunandar Sunarya kenging pujian dina ngawanohkeun wayang golek ka masyarakat, namung sagedengeun eta oge dikritik kana karya terobosanna. Tapi, kritikan eta kanggo Bah Asep mah taya lian janten nambih sumanget kreativitasna. Hal ieu ngabuahkan hasil, namina langkung populerUtamana basaBah Asep ngahontal juara Dalang Pinilih I Jawa Barat taun 1978 sareng 1982. Salajengna taun 1985, Bah Asep ngahontal juara umum dalang tingkat Jawa Barat sarta ngengingkeun pangajen Bokor Kencana.

Pangakuan hasil kreativitasna dina ngadalang, sanes wae datang ti masyarakat Jawa Barat katut Indonesia,namung oge ti luar negeri. Asep Sunandar Sunarya kantos janten dosen luar biasa di Institut International De La Marionnete di Charleville PerancisTi institut eta Bah Asep nampi gelar profesor. Tempat padepokanna, Padepokan Giri Harja taun 1987 diresmikeun janten Pusat Belajar Seni Pedalangan ku Menteri Penerangan RIanu dina waktu harita dijabat Pa Harmoko. Ayana Padepokan Giri Harja pohara aya pangaruhna ka prestasi, kreasi, sareng motivasi Bah Asep Sunandar Sunarya minangka nu kalebet Dalang Wayang Golek Kontemporer

Waktos nincak rumaja, Bah Asep Sunandar Sunarya gaduh ambisi janten dalang. Ku kituna, satamat SMP,anjeunna diajara seni padalangan di RRI BandungCacak bapana saurang dalang legendaris di kampungna, Asep malah milih diajar dalang ti Cecep Supriadi di Karawang.

Kang Asep liliwetan sareng Kang Darso saparakanca.
[Koleksi foto sanesna]

Benten sareng
 dalang saentraganna, anu ngadalang di tempat-tempat nu khusus, Bah Asep malahan leukeunngasosialisasikan wayang golek anu inovatif ka kampus-kampushotel-hotelgedong-gedong sarta televisi.Usahana ngabuahkan hasil. Wayang golek populer di sagala rupa tempat, wayang golek jadi kameumeut masyarakat Sunda. Wayang golek nu dipidangkeun ku Bah Asep dipikaresep kunu lalajo, boh budak ngoraoge para sepuh. Popularitas Asep Sunarya langkung kawentar. Anjeunna teu mung saukur sok diulem pentas ngadalang di dalam negeritapi oge ngalanglangbuana ka Benua AsiaAmerika, dugi  ka nagara-nagara Eropa.

Gaya pertunjukan wayang golek Asep Sunandar Sunarya kalebet seni pertunjukan nu gaduh nuansa anyar anulahir di lingkungan Dinasti Sunarya. Hal anu paling dipikaresep ku masarakat sareng mangrupikeun ciri khasna. Asep Sunandar Sunarya katelah kaahlianana dina ngokolakeun gerak atanapi sabetan wayangkalayan tampilan humor sareng banyolan anu sentimentil, luwes, sareng seger katambih dibarung kolaborasi sareng seniman lawak sejen (Nyi Ijem, Kang Ibing, Ohang, Sule, Anton Abox, jsb.).


Profil Asep Sunandar Sunarya
Alamat : Giri Harja RT 01/01 Kel. Jelekong Kec. Baleendah Kab. Bandung
1962 – 1968 : SD Cangkring
1968 – 1971 : SMP Pasigaran
1975 – ayeuna: Dina waktu sataun minimal ngayakeun 120 kali pertunjukan, malah ti 1976 depi 1987 kungsi ngeusi pertunjukan wayang golek salila 6 bulan noron.
1978 : Juara Pinilih I Binojakrama sa-Jawa Barat.
1982 : Juara Pinilih I Binojakrama sa-Jawa Barat.
1984 – 2001: Ngadegkeun Yayasan Pedalangan Giri Harja.
1985 : Juara Umum Binojakrama sa-Jawa Barat.
1989 : Ngayakeun muhibah ka Amerika dina raraga pementasan wayang golek.
1992 : Miluan Festival Wayang (Teater Boneka) di Perancis.
1993 : Jadi Dosen Kehormatan di Institut International de La Marionnette di Charleville Perancis.
1994 : Ngurilingan Eropa dina raraga pementasan wayang golek.
1994 – 2004 : Ngeusi program acara "Asep Show" di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) unggal bulan Ramadhan.
2001 : Muhibah ka Inggris dina raraga pementasan wayang golek di 12 kota bareng jeung Asian Music Circuit (AMC).
2005 : Ngeusi program acara Pementasan Wayang Golek unggal malem Minggu di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) lobana 36 episode.
Selain jadi dalang, Asep meunangkeun panghargaan ti sababaraha instansi jeung panghargaan ti Presiden Soeharto, nyaeta Tanda Kehormatan Satyalencana Kebudayaan.